Minggu, 20 Mei 2012

Sepenggal Kisah Untuk Ayah

Ayah. . Apa kabarmu disana ? Aku disini rindu kehangatan hadirmu, candamu, dan suasana ceria di dalam rumah. Lama kita tak jumpa dengan jarak yg kini telah memisahkan keakraban ramainya pembicaraan di selanya hari. Aku disini membutuhkan perhatian yg lebih darimu sebagai seorang pahlawan terhebat dalam kehidupanku. Engkau adalah inspirasi terbesar yg aku miliki diantara sosok pria terhebat manapun. Amat bangga sekali mempunyai ayah seperti engkau, pantang menyerah dengan segala cobaan yg selalu menghadang, kian berjalan meski nafasmu kini terengah yg semakin habis termakan usia.

Ayah. . Dahulu engkau seorang pria yg muda, tangguh, dan perkasa untuk melawan dunia. Engkau telah taklukan dunia atas nama impian untuk mewujudkan sebuah harapan yg telah engkau rencanakan dan engkau rancang dengan sedemikian rupa. Terlihat gagah dan berani untuk menghancurkan segala rintangan di depan mata. Seiring waktu berlalu kini kau pun terlihat tampak layu dengan keriputnya kulit pipimu yg kini semakin mengerut disela umurmu yg semakin menua. Nafasmu tak terlihat lagi panjang disaat engkau harus berjalan menuai harapan dari kejamnya kehidupan. Tak seperti dulu. .Kini kaupun masih berlalu. .

Ayah. .Kewajibanmu sebagai seseorang yg bertanggung jawab terhadap keluarga telah terlaksana. Menjadi ayah yg bijaksana, adil, dan menafkahi semua keluarga dengan hati yg ikhlas dan dengan cinta yg tulus kau berikan menjadi suatu tanda bukti bahwa engkau telah berhasil melakukan suatu kebanggaan untukmu, dan seluruh keluarga. Apa yg kau bilang dulu tentang isyarat atau pepatah untuk aku lakukan agar hidup tak seperti engkau ternyata telah aku abaikan. Aku gagal. .Aku gagal menjadi seorang anak yg engkau inginkan. Terlalu banyak menentang saat engkau berusaha memberi saran disaat aku ragu untuk mengambil jalan. Membangkang setiap ucapan baik yg engkau berikan untukku dengan mengupahi tingkah yg seharusnya tidak aku lakukan ternyata sangatlah hina. .

Ayah. .Kehormatanmu tiada dua.
Selalu terjadi selisih paham diantara kita, pertentangan kehidupan menjadi perdebatan panjang saat kita harus memilih salah satu keputusan terbaik yg harus kita ambil dan sikapi. Maafkan aku ayah. .Telah banyak luka yg membekas di hatimu karena aku anakmu. Aku sadar kini, aku tak bisa jauh darimu hanya karena dulu kita seperti musuh dan tak begitu dekat layaknya sebuah keluarga. Akupun tak mengerti, mengapa begini, terlihat kesal saat aku ada di sampingmu atas dasar keinginan sesuatu untuk meraihnya dengan melampiaskan amarah kepadamu ayah.
Sangatlah berdosa. .Hina. .

Ayah. .Aku tak tahu apa jadinya aku tanpa engkau. Engkau merawat aku, memanjakan aku dari kecil hingga aku besar dan beranjak dewasa seperti ini. Ibu merasa senang melihat semua kebaikan yg telah engkau lakukan untuk aku, adikku, dan semuanya merasakan kebahagiaan atas semua yg telah engkau berikan. Maafkan aku jika sampai detik ini aku telah melakukan kebodohan dan kesalahan kepadamu, karena sesungguhnya dari hati yg terdalam aku sangatlah sayang kepadamu. Terimakasih dengan segala penghormatan dan pengorbananmu sampai saat ini. Tak akan dapat tergantikan oleh apapun meski aku harus berkeringat darah untuk menggantinya.

'' Thanks dad. .You are greatest heroes for good ''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar